Translate

Minggu, 29 Maret 2015

Sejarah Kesehatan Mental - Konsep Sehat - Perbedaan Konsep Sehat Barat dan Timur


  • Sejarah kesehata mental

1.      Era pra ilmiah
1.      Kepercayaan animism
Sejak zaman dahulu sikap tergahadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitive animism, yaitu suatu kepercayaan dunia ini diawasi ataun dikuasai oleh roh atau dewa.
Orang primitive percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal didalam benda tersebut.
Orang yunani kuno percaya bahwa orang itu mengalami gngguan mental karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Dan untuk menghindari hal tersebut, mereka mengadakan penjamuan pesta atau sesaji dengan mantra dan korban.
2.      Kemunculan naturalism
Perubahan sikap terhadap tradisi animism terjadi pada zaman Hipocrates (460-367). Dian pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan “naturalism”, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, syetan, atau hantu sebagai penyebab sakit.
Ide naturalistic kemudian dikembangkan oleh galen, seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan naturalisitik tidak lagi dipakai oleh orang Kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental.

2.      Era Ilmiah ( Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental yaitu dari animism (irrasional) dan tradisional kesikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis di rumah sakit Penisylvania.  Dirumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai “lunatics” (orang-orang gila atau sakit ingatan).
Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab tentang kegilaan tersebut, dan kurang memahami bagaimana menyembuhkannya. Dan akibatnya pasien tersebut dikurung didalam sel yang kurang ventilasinya, dan sesekali diguyur dengan air.
Rush melakukan hal yang berguna untuk orang-orang yang gangguan mental tersebut dengan melalui penulisan artikel dalam Koran, ceramah, dan pertemuan lainnya yang ia lakukan selama 13 tahun. Pada tahun 1796, dirumah sakit dibangunlah ruangan khusus untuk para pasien penderita gangguan mental dimana ruangannya dibedakan untuk pria dan wanita. Secara kesinambungan rush mengadakan pengobatan.
Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ii memberikan pengaruh kepada lahirnya kesehatan mental yang berkembvang menjadi suatu “body of knowledge” berikut gerakan-gerakannya yang terorganisir.
Perkembangan mental hygiene dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli terutama dari dua tokoh yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers.
Dorothea seorang suru yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Usaha dia pertama kali diarahkan untuk para pasien mental dirumah sakit. Kemudian diperluas kepada penderita gangguan mental yang dikurung didalam penjara.  Berkat usahanya ini ini di Amerika serikat didirikan 32 rumah sakit jiwa.
Pada tahun 1909, gerakan mental hygine secara formal muncul. Selama decade 1900-1909 beberapa organisasi mental hygiene telah didirikan, seperti : American Social hygiene association (ASHA) dan American Federation for sex hygiene.
Perkembangan gerakan hygiene tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Beers meyakini bahwa penyakit gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional dengan tujuan diantaranya : mereformasi progam perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa, melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa, mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental, mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental. Program dari Beers ini mendapat respon baik dari kalangan masyarakat terutama para ahli seperti William James dan seorang psikiatris ternama, yaitu Adolf Meyer. Karena begitu tertariknya dengan gerakan dan program Beers Adolf menyarankan untuk menamai gerakan tersebut dengan nama “mental hygiene”.
Tidak lama setelah buku diterbitkan, didirikanlah organisasi pertama dengan nama “Connecticut society for mental hygiene”, satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19 februari 1909 didirikannya “National Committee for Mental Hygiene”. Dimana organisasi tersebut bertujuan untuk : melindungi kesehatan mental masyarakat, menyusun standar perawatan untuk para pengidap gangguan mental, meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuk dan aspek, menyebarkan kasus-kasus tentang gangguan mental baik itu pencegahan maupun pengobatannya,mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Pada masa dan pasca perang dunia I, gerakan mental berfokus pada programnya membantu mereka yang mengalami masalah serius, yaitu War Neurosis. Setelah perang usai gerakan kesehan mental ini semakin berkembang keberbagai bidang.
Secara hokum gerakan kesehatana mental ini mendapat pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika serikat menandatangani “the national Mental Health act”. Dokumen ini merupakan blueprint yang komprehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Tindak lanjut dari program tersebut adalah dengan dikeluarkannya dana yang sangat besar untuk mewujudkan tujuan yang telah deprogram sebelumnya.
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah yaitu dnegan didirikannya “national association of mental hygiene” yang bekerja sama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat.
Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang, sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui “the world federation for mental health” dan “the world health organization”.


  •  Konsep sehat



Konsep sehat sehat menurut WHO, ada 3 komponen penting yang merupakan satu kesatuan :
1.      Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2.      Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
·         Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
·         Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
·         Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksanaan.
3.      Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
4.       Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health”.

Sehat atau kesehatan tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, melainkan harus dipandang sesuatu yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spektrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
      Beberapa pengertian sehat menurut para ahli :
a.        Pepkins, mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya.
b.      Paune (1983), mengatakan sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care resources : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
c.       Pender (1982), sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
d.      Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas daripenyakit, cacat, dan kelemahan.
Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
     
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
      Keempat dimensi kesehatan (fisik, mental, sosial dan ekonomi) tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1.      Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2.      Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
·         Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
·         Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
·         Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3.      Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4.      Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.


  • Perbedaan konsep sehat batar dan timur


Budaya Barat dan Timur memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat-sakit. Yang berakibat adanya pandangan mengenai kesehatan mental yang berbeda pula antar beberapa kebudayaan. Namun dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat relasi antar manusia semakin mengglobal, pertemuan antara kedua budaya ini tidak lagi dapat dihindari sehingga sekarang ini ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan sistem pengobatan antara kedua kebudayaan.  (Siswanto. 2007. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 13-14)
            Dalam kesehatan mental, faktor kebudayaan berperan penting karena eseorang dikatakan sehat atau sakit mental bergantung pada kebudayaannya (Marsella dan White, 1984).

Wallace(1963) mengemukakan adanya hubungan natara kebudayaan dan kesehatan mental. Yang meliputi :
•Kebudayaan yang mendukung dan menghambat kesehatan mental.
•Kebudayaan memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental.
•Berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural, dan
•Upaya peningkatan dan pencegahan gannguan mental dalam telaah budaya.
Selain itu, kebudayaan juga mempengaruhi tindakan penanganan yang dilakukan terhadap gangguan mental itu sendiri. Dengan kata lain Konsep kesehatan mental pada suatu budaya tertentu harus dipahami dari hal-hal yang dianggap mempunyai arti dan bermakna pada suatu budaya tertentu, sehingga harus dipahami dari nilai-nilai dan falsafah suatu budaya tertentu.
penekanan mengenai adanya perbedaan konsep kesehatan mental budaya barat dan timur adalah Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Model Kesehatan Barat dan Timur
1.      Model Kesehatan Barat
·         Model Biomedis (Fruend, 1991): Dipengaruhi oleh filosofi Yunani (Plato&Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan perkembangan biologi, penyakit dan kesehatan semata-mata dihubungkan dgn tubuh saja.
·         Model Psikiatris (Helman, 1990): Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab gangg mental.
(1.) Model organik: menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak.  
(2.) Model psikodinamik: berfokus pada faktor perkembangan dan pengalaman. (3.) Model behavioral: psikosis terjadi karena kemungkinan2 lingkungan.
(4.) Model sosial: menekankan gangg dalam konteks performansnya.
·         Model Psikosomatis (Tamm, 1993): Muncul karena ketidakpuasan dengan model biomedis.Dipelopori oleh Helen Flanders Dunbar (1930-an). Tidak ada penyakit fisik tanpa disebabkan oleh anteseden emosional dan sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom somatik. Penyakit berkembang melalui saling terkait secara b’kesinambungan antara faktor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks.

2.      Model Kesehatan Timur (Bersifat lebih holistik (Joesoef, 1990)).
·         Holistik sempit :  Organisme manusia dilihat sbg suatu sistem kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung.
·         Holistik luas:  Sistem tersebut merupakan suatu bagian integral dari sistem2 yang lebih luas, dimana orginasme individual berinteraksi terus menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan tapi jg bisa mempengaruhi dan mengubah lingkungan


Daftar Pustaka : 


 
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Kanisius         
            Shultz, Duane. 1991. Pertumbuhan model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius
            Siswanto. 2007. Kesehatan mental “Konsep, cakupan dan perkembangan”. Yogyakarta: Andi
fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt
Yusuf, Syyamsu. 2004. Mental Hyigene Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan agama. Bandung : Pustaka Bani Quraisy