- Sejarah kesehata mental
1. Era
pra ilmiah
Sejak
zaman dahulu sikap tergahadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul
dalam konsep primitive animism, yaitu suatu kepercayaan dunia ini diawasi ataun
dikuasai oleh roh atau dewa.
Orang
primitive percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling dan pohon
tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal didalam benda tersebut.
Orang
yunani kuno percaya bahwa orang itu mengalami gngguan mental karena dewa marah
kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Dan untuk menghindari hal tersebut, mereka
mengadakan penjamuan pesta atau sesaji dengan mantra dan korban.
2. Kemunculan
naturalism
Perubahan
sikap terhadap tradisi animism terjadi pada zaman Hipocrates (460-367). Dian
pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan
menggunakan pendekatan “naturalism”, suatu aliran yang berpendapat bahwa
gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak
pengaruh roh, dewa, syetan, atau hantu sebagai penyebab sakit.
Ide
naturalistic kemudian dikembangkan oleh galen, seorang tabib dalam lapangan
pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam
perkembangan selanjutnya pendekatan naturalisitik tidak lagi dipakai oleh orang
Kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan
filsafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental.
2. Era
Ilmiah ( Modern)
Perubahan
yang sangat berarti dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental yaitu dari
animism (irrasional) dan tradisional kesikap dan cara yang rasional (ilmiah),
terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika
pada tahun 1783. Ketika itu benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staff
medis di rumah sakit Penisylvania.
Dirumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai “lunatics”
(orang-orang gila atau sakit ingatan).
Pada waktu itu sedikit sekali
pengetahuan tentang penyebab tentang kegilaan tersebut, dan kurang memahami
bagaimana menyembuhkannya. Dan akibatnya pasien tersebut dikurung didalam sel
yang kurang ventilasinya, dan sesekali diguyur dengan air.
Rush melakukan hal yang berguna
untuk orang-orang yang gangguan mental tersebut dengan melalui penulisan
artikel dalam Koran, ceramah, dan pertemuan lainnya yang ia lakukan selama 13
tahun. Pada tahun 1796, dirumah sakit dibangunlah ruangan khusus untuk para
pasien penderita gangguan mental dimana ruangannya dibedakan untuk pria dan
wanita. Secara kesinambungan rush mengadakan pengobatan.
Perkembangan psikologi abnormal dan
psikiatri ii memberikan pengaruh kepada lahirnya kesehatan mental yang
berkembvang menjadi suatu “body of knowledge” berikut gerakan-gerakannya yang
terorganisir.
Perkembangan mental hygiene
dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli terutama dari dua
tokoh yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers.
Dorothea seorang suru yang menaruh
perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Usaha dia
pertama kali diarahkan untuk para pasien mental dirumah sakit. Kemudian diperluas
kepada penderita gangguan mental yang dikurung didalam penjara. Berkat usahanya ini ini di Amerika serikat
didirikan 32 rumah sakit jiwa.
Pada tahun 1909, gerakan mental
hygine secara formal muncul. Selama decade 1900-1909 beberapa organisasi mental
hygiene telah didirikan, seperti : American Social hygiene association (ASHA)
dan American Federation for sex hygiene.
Perkembangan gerakan hygiene tidak
lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Dia terkenal karena
pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental
dengan cara yang sangat manusiawi.
Beers meyakini bahwa penyakit
gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu
program yang bersifat nasional dengan tujuan diantaranya : mereformasi progam
perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa, melakukan
penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap
yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa,
mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan
gangguan mental, mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program dari Beers ini mendapat respon baik dari kalangan masyarakat terutama
para ahli seperti William James dan seorang psikiatris ternama, yaitu Adolf
Meyer. Karena begitu tertariknya dengan gerakan dan program Beers Adolf
menyarankan untuk menamai gerakan tersebut dengan nama “mental hygiene”.
Tidak lama setelah buku
diterbitkan, didirikanlah organisasi pertama dengan nama “Connecticut society
for mental hygiene”, satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19 februari
1909 didirikannya “National Committee for Mental Hygiene”. Dimana organisasi
tersebut bertujuan untuk : melindungi kesehatan mental masyarakat, menyusun
standar perawatan untuk para pengidap gangguan mental, meningkatkan studi
tentang gangguan mental dalam segala bentuk dan aspek, menyebarkan kasus-kasus
tentang gangguan mental baik itu pencegahan maupun
pengobatannya,mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Pada masa dan pasca perang dunia I,
gerakan mental berfokus pada programnya membantu mereka yang mengalami masalah
serius, yaitu War Neurosis. Setelah perang usai gerakan kesehan mental ini
semakin berkembang keberbagai bidang.
Secara hokum gerakan kesehatana
mental ini mendapat pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika
presiden Amerika serikat menandatangani “the national Mental Health act”.
Dokumen ini merupakan blueprint yang komprehensif, yang berisi program-program
jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga
masyarakat.
Tindak lanjut dari program tersebut
adalah dengan dikeluarkannya dana yang sangat besar untuk mewujudkan tujuan
yang telah deprogram sebelumnya.
Pada tahun 1950 organisasi
kesehatan mental terus bertambah yaitu dnegan didirikannya “national
association of mental hygiene” yang bekerja sama dengan tiga organisasi swadaya
masyarakat.
Gerakan kesehatan mental ini terus
berkembang, sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu
tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini
dikembangkan melalui “the world federation for mental health” dan “the world
health organization”.
- Konsep sehat
Konsep sehat sehat menurut WHO, ada
3 komponen penting yang merupakan satu kesatuan :
1. Sehat
Jasmani
Sehat
jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok
manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi,
berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik,
tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat
Mental
Sehat
Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno
“Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore
Sano)”.
Atribut
seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
·
Selalu merasa puas dengan apa yang ada
pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu
gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
·
Dapat bergaul dengan baik dan dapat
menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan
toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
·
Dapat mengontrol diri dan tidak mudah
emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat
menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksanaan.
3. Kesejahteraan
Sosial
Batasan
kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan
sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat
setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana
kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan
papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan
selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
4. Sehat Spiritual
Spiritual
merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat
pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan
lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi
keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat
komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive
Health”.
Sehat
atau kesehatan tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, melainkan harus
dipandang sesuatu yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spektrum merupakan
suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam
rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak
kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Beberapa pengertian sehat menurut para
ahli :
a. Pepkins, mendefinisikan
sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya
sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang
cenderung menggangunya.
b. Paune (1983), mengatakan sehat adalah fungsi
efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care resources) yang
menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara
adekuat. Self care resources : mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Self care actions merupakan perilaku
yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
c. Pender (1982), sehat adalah perwujudan individu
yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain
(aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten
sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas
struktural.
d. Pengertian
sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9
tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan
(jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas
daripenyakit, cacat, dan kelemahan.
Pengertian
sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang
terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas
sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup
tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang-
Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan),
mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh
batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini
memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini
berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,
dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai
pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja,
anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut,
berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-ekonomi
bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang
produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah
mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi
dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan (fisik, mental,
sosial dan ekonomi) tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat
kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
Itulah
sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek.
Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara
lain sebagai berikut:
1. Kesehatan
fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan
mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
·
Pikiran sehat tercermin dari cara
berpikir atau jalan pikiran.
·
Emosional sehat tercermin dari kemampuan
seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir,
sedih dan sebagainya.
·
Spiritual sehat tercermin dari cara
seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya
terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT
dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan
dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang
dianutnya.
3. Kesehatan
sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan,
status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai.
4. Kesehatan
dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum
dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya
batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku
adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan
mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan
sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
- Perbedaan konsep sehat batar dan timur
Budaya
Barat dan Timur memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat-sakit.
Yang berakibat adanya pandangan mengenai kesehatan mental yang berbeda pula
antar beberapa kebudayaan. Namun dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang
membuat relasi antar manusia semakin mengglobal, pertemuan antara kedua budaya ini
tidak lagi dapat dihindari sehingga sekarang ini ditemui berbagai cara
penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan sistem pengobatan antara
kedua kebudayaan. (Siswanto. 2007.
Kesehatan Mental. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 13-14)
Dalam kesehatan mental, faktor
kebudayaan berperan penting karena eseorang dikatakan sehat atau sakit mental
bergantung pada kebudayaannya (Marsella dan White, 1984).
Wallace(1963)
mengemukakan adanya hubungan natara kebudayaan dan kesehatan mental. Yang meliputi
:
•Kebudayaan
yang mendukung dan menghambat kesehatan mental.
•Kebudayaan
memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental.
•Berbagai
bentuk gangguan mental karena faktor kultural, dan
•Upaya
peningkatan dan pencegahan gannguan mental dalam telaah budaya.
Selain itu, kebudayaan juga mempengaruhi tindakan penanganan
yang dilakukan terhadap gangguan mental itu sendiri. Dengan kata lain Konsep
kesehatan mental pada suatu budaya tertentu harus dipahami dari hal-hal yang
dianggap mempunyai arti dan bermakna pada suatu budaya tertentu, sehingga harus
dipahami dari nilai-nilai dan falsafah suatu budaya tertentu.
penekanan mengenai adanya perbedaan konsep kesehatan mental budaya barat dan timur adalah Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
penekanan mengenai adanya perbedaan konsep kesehatan mental budaya barat dan timur adalah Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Model
Kesehatan Barat dan Timur
1. Model
Kesehatan Barat
·
Model
Biomedis (Fruend, 1991): Dipengaruhi oleh filosofi Yunani
(Plato&Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan
perkembangan biologi, penyakit dan kesehatan semata-mata dihubungkan dgn tubuh
saja.
·
Model
Psikiatris (Helman, 1990): Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab
gangg mental.
(1.) Model organik: menekankan pada
perubahan fisik dan biokimia di otak.
(2.) Model psikodinamik: berfokus
pada faktor perkembangan dan pengalaman. (3.) Model behavioral: psikosis
terjadi karena kemungkinan2 lingkungan.
(4.) Model sosial: menekankan gangg
dalam konteks performansnya.
·
Model
Psikosomatis (Tamm, 1993): Muncul karena ketidakpuasan dengan model
biomedis.Dipelopori oleh Helen Flanders Dunbar (1930-an). Tidak ada penyakit
fisik tanpa disebabkan oleh anteseden emosional dan sosial. Sebaliknya tidak
ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom somatik. Penyakit
berkembang melalui saling terkait secara b’kesinambungan antara faktor fisik
dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang
kompleks.
2. Model
Kesehatan Timur (Bersifat
lebih holistik (Joesoef, 1990)).
·
Holistik
sempit : Organisme manusia dilihat sbg suatu sistem kehidupan yang semua
komponennya saling terkait dan saling tergantung.
·
Holistik
luas: Sistem tersebut merupakan suatu bagian integral dari sistem2 yang
lebih luas, dimana orginasme individual berinteraksi terus menerus dengan
lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan tapi jg
bisa mempengaruhi dan mengubah lingkungan
Daftar Pustaka :
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan
mental 1. Yogyakarta: Kanisius
Shultz,
Duane. 1991. Pertumbuhan model-model
kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius
Siswanto.
2007. Kesehatan mental “Konsep, cakupan
dan perkembangan”. Yogyakarta: Andi
fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt
Yusuf, Syyamsu. 2004. Mental Hyigene Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan agama. Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar