Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental
berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan
makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau
Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang
sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan
mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosial) (Mujib dan Mudzakir, 2001, 2003).
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab
terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri
dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. (Noto
Soedirdjo, 1980) menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memilki kesehatan mental
adalah Memilki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang
dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility)
Keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor
genetic, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas
stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.
Pola negatif (salabiy), bahwa
kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari segala neurosis (al-amradh
al-ashabiyah) dan psikosis (al-amradh al-dzihaniyah).
Ciri-ciri Kesehatan Mental
·
Pola positif (ijabiy), bahwa
kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian diri sendiri dan
terhadap lingkungan sosialnya.
Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:
1)
Memiliki sikap batin (Attidude)
yang positif terhadap dirinya sendiri.
2)
Aktualisasi diri.
3)
Mampu mengadakan integrasi dengan
fungsi-fungsi yang psikis ada.
4)
Mampu berotonom terhadap diri
sendiri (Mandiri).
5)
Memiliki persepsi yang obyektif terhadap
realitas yang ada.
6)
Mampu menselaraskan kondisi
lingkungan dengan diri sendiri. (Jahoda, 1980).
Secara
gamblang, banyak penelitian dalam bidang psikologi, psikiatri, medis, kesehatan
masyarakat, sosiologi dan epidemiologi yang membuktikan efek positif dari
keterlibatan agama dalam kesehatan fisik dan mental manusia. Penelitian
tersebut juga menunjukkan pentingnya aspek keagamaan dalam kehidupan manusia.
Penelitian itu menggunakan beberapa unsur psikologis yang terkait dengan agama,
yaitu:
- kepercayaan akan adanya Tuhan yang mempengaruhi kehidupan;
- tingkat kualitas dalam melakukan aktivitas agama (contoh: frekuensi berdoa, penghayatan dalam berdoa); dan
- tingkat komitmen dalam beragama.
Religiusitas berpengaruh
pada kesehatan mental. Hasil penelitian selama dua decade menyimpulkan
bahwa agama memiliki kaitan dengan kesejahteraan psikologis. Individu dengan
konsep agama yang positif memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami
depresi. Selain itu, individu juga akan merasa bahagia dalam menjalani
kehidupan sehari-harinya. Penjelasan lain juga mengungkapkan bahwa dengan
berdoa, keadaan psikologis dari seseorang akan menjadi lebih tenang, sehingga
tubuh menjadi lebih rileks. Hal itu pun berakibat pada berkurangnya tingkat
kecemasan dan selanjutnya juga member efek positif pada fisik, seperti
lancarnya proses pernafasan dan pencernaan.
Hubungan antara kesehatan mental dengan agama :
a. Agama dan Kesehatan Mental
Agama tampaknya memang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama
mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian
maupun lingkungan masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama
sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena
manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk
kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern
manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati
nurani (conscience of man).
Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama
tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena
pengaruh lingkungan, seperti yang ada dalam (QS Ar Ruum 30:30) Artinya:”Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui fitrah Allah”, maksudnya
ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama
tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar.
mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
b. Agama sebagai Terapi Kesehatan
Mental
Agama sebagai terapi kesehatan
mental dalam islam sudah ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Quran, di
antaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagiaan adalah (QS An Nahl
16:97) Artinya : “ Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.
Ditekankan dalam ayat Ini bahwa
laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal
saleh harus disertai iman (QS Ar Ra’ad 13:28) Artinya : “ (yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tenteram “.
Kesehatan mental
seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri
dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai
ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik
kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
Proses penyesuaian diri
terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya. Manusia diciptakan untuk
hidup bersama, bermasyarakat, saling membutuhkan satu sama lain dan selalu
berinteraksi, hal ini sesuai dengan konsep sosiologi modern yaitu manusia
sebagai makhluk Zoon Politicon.
Sumber :
- Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Abdul Mujib, M.Ag. Jusuf Mudzakir, M.Si
- Arifin S. B. (2008). Psikologi agama. Bandung: Pustaka Setia.
- Jalaluddin (1997). Psikologi agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
- http://tapsikusuka.blogspot.com/2013/06/kesehatan-mental-dalam-perspektif-islam.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar