Translate

Jumat, 31 Oktober 2014

#Pinternet : Psikoterapi via Internet



Psikoterapi Via Internet


Perkembangan teknologi yang semakin canggih membantu individu untuk mempermudah segala aktivitasnya serta membantu menyelesaikan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi dan komunikasi tersebut yang menjadi dasar munculnya era baru dalam dunia konseling.
Konseling adalah proses membantu seseorang untuk belajar mencari solusi bagi masalah emosi, interpersonal dan pengambilan keputusan (WHO, 2004). Suatu dialog antara seseorang yang bermasalah (klien) dengan orang yang menyediakan pelayanan konseling (konselor/perawat/perawat) dengan tujuan untuk memberdayakan klien agar mampu menghadapi permasalahannya dan sanggup mengambil keputusan yang mandiri atas permasalahan tersebut. (Gunung, et al,2003). Saat ini konseling tidak hanya dilakukan secara face to face dan tertutup, semakin maju teknologi saat ini konseling juga dapat dilakukan melalui format jarak jauh yang dibantu oleh teknologi tersebut yang biasa dikenal dengan e-konseling. Cikal bikal e-konseling  berawal dari penyelenggaraan konseling online pada dekade 1960-1970.  Koutsonika (2009) menyebutkan awal munculnya konseling online pada dekade 1960-1970 dengan perangkat lunak program eliza dan parry.
Online Konseling adalah konseling melalui internet yang secara umum merujukpada profesi yang berkaitan dengan layanan kesehatan mental melalui teknologi komunikasi internet. (Amani, 2007).
Situs-situs konseling online secara khusus memanfaatkan bebagai media online lainnya yang dapa digunakan untuk melakukan konseling online seperti facebook, twitter, email, dan beberapa program chatting. Gibson (2008) menyebutkan pelayanan ini dilakukan oleh konselor untuk memberikan kenyamanan pada klien ketika menghadapi masalah dan tidak mungkin dilakukan secara face to face.

Konseling online bukanlah merupakan proses yang simple. Berikut gambaran umum proses konseling online :

  • Tahap I ( Persiapan)

Mencakup aspek teknis penggunaan hardware dan software. Konselor dalam hal keterampilan, kelayakan akademik, penilaian secara etik dan hukum, kesesuaian isu yang akan dibahas, serta tata kelola.

  • Tahap II (Proses konseling)

Teknik konseling online tidak berbeda jauh dengan konseling face to face. Sama-sama terdiri dari lima tahap yaitu pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan, dan penilaian. Konseling online lebih menekankan terentasnya masalah klien daripada bentuk pendekatan, teknik dan terapi.

  • Tahap III (Pasca Konseling).

Merupakan tahap lanjutan dari sebelumnya, setelah dilakukan penilaian maka yang pertama (1) konseling akan sukses dengan ditandai kondisi klien yang KES. (2) konseling akan dilanjutkan dengan sesi tatap muka ( face to face). (3) Konseling akan dilanjutkan pada konseling online berikutnya (4) klien akan direfeal pada konselor lain atau ahli lain.

Ifdil (2011) menyebutkan beberapa media yang digunakan pada konseling online :
1.    Website
2.    Hand phone
3.    Email
4.    Chat, jejaring social
5.    Video conferencing
Contoh :
Konseling online HIV, yang memiliki dua tujuan utama yaitu mencegah penularan HIV dan meningkatkan kualitas hidup ODHA (Orang denga HIV/AIDS) dalam segala aspek.



Daftar Pustaka Jurnal :

Multikarya, K (2013). "Konseling Online Sebagai Satu Bentuk Pelayanan E-konseling". Jurnal Konseling dan Pendidikan. Vol:1 No:1. 15-21.

Suciati(2013). "Konseling Keluarga I-CACHO-E untuk Mengurangi Kecanduan Game Online". Jurnal Bimbingan Konseling. Vol2 No2. 130-134.

Sunarto, M (2010). "Konseling HIV Online Berbasis Internet". Jurnal Keperawatan Jiwa. 5-11.


#Pinternet : Internet Addiction



Internet Addiction 

Internet Addiction atau Kecanduan internet pertama kalinya ditemukan oleh ahli jiwa bernama Ivan Goldberg. Internet addiction merupakan fenomena yang mencemaskan dan menarik perhatian. Internet telah membuat remaja kecanduan, karena menawarkan berbagai informasi, permainan, dan hiburan. Hal ini ditandai rasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, menjadi cemas dan bosan ketika harus melalui beberapa hari tanpa internet. Pecandu internet tidak dapat menghentikan keinginan untuk online sehingga kehilangan kontrol dari penggunaan internet dan kehidupannya.


(Young,1996b:20) Internet addiction adalah pemakaian internet secara berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti keasyikan dengan objek candu, pemakaian yang lebih sering terhadap objek candu, tidak memperdulikan dampak fisik maupun psikologis pemakaian dan sebagainya. Internet Addiction sebagaimana kecanduan obat-obatan, alkohol dan judi akan mengakibatkan kegagalan akademis, menurunkan kinerja, perselisihan dalam perkawinan bahkan perceraian. 

Contoh jenis gangguan kecanduan internet adalah Internet Addiction Disorder (IAD), yaitu gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain.
Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada manual diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut dengan DSM, namun secara bentuk dikatakan dekat dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu badan himpunan psikolog di Amerika Serikat secara formal menyebutkan bahwa kecanduan ini termasuk dalam salah satu bentuk gangguan. (Herlina Siwi, 2004:2)



Greenfield (dalam Young, 2007:3) menemukan bahwa pecandu online merasakan rasa perpindahan ketika online dan tidak mampu mengelola aspek-aspek utama dari kehidupan mereka karena mereka keasyikan dengan online. Mereka mulai kehilangan tenggat waktu yang penting di tempat kerja, menghabiskan lebih sedikit waktu dengan keluarga mereka, dan perlahan-lahan menarik diri dari rutinitas normal mereka. Mereka mengabaikan hubungan sosial dengan teman-teman mereka, rekan kerja, dan dengan komunitas mereka, dan akhirnya, hidup mereka menjadi tidak terkendali karena internet. Seperti kecanduan, mereka menjadi dikonsumsi dengan kegiatan internet mereka, lebih memilih game online, chatting dengan teman online, atau perjudian melalui internet, secara bertahap mengabaikan keluarga dan teman-teman. 

Jenis-Jenis Internet addiction :
Menurut Kimberly S. Young, et. al. (2006): 
  • Cybersexual Addiction : Individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa.
  • Cyber-Relationship Addiction : Mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan seringkali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual. 
  • Net compulsions : Termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian online, belanja online, dan perdagangan online. 
  • Information Overload : Information overload mengacu pada web surfing yang bersifat kompulsif. 
  • Computer Addiction : Salah satu bentuk dari computer addiction adalah bermain game komputer yang bersifat obsesif.

Menurut Ivan Goldberg :
  1.  Bermain games yang berlebihan 
  2. Kegemaran seksual 
  3. Chatting

Sedangkan gejala-gejala kecanduan internet adalah sebagai berikut:
a.  Sering lupa waktu
     Mengabaikan hal-hal yang mendasar saat mengakses internet terlalu lama. Orang yang kecanduan internet bisa tidak makan atau minum, lupa waktu sholat, belajar, sekolah atau bekerja.
b.  Gejala menarik diri
     Seperti merasa marah, tegang, atau depresi ketika internet tidak bisa diakses. Mereka akan bete, kesal bahkan stress jika tidak bisa online karena berbagai alasan.
c.   Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan.
    Semakin lama jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengakses internet terus bertambah.
d.  Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki.
    Mereka akan mengganti komputer atau gadget untuk mengakses internet dengan yang lebih baik dan aplikasi terbaru pasti akan terus diburu.
e.  Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan.
Ini semua merupakan dampak negatif dari penggunaan Internet yang berkepanjangan. Gejala ini sama seperti gejala yang ada pada kecanduan narkoba.

Contoh kasus atau fenomena mengenai kecanduan internet :
  •  Di Amerika dimana seseorang harus tidak lulus karena tidak pernah menghadiri kelas untuk sibuk berinternet. 
  • Sedangkan untuk kasus di dalam negeri sendiri adalah seorang gadis usia 12 tahun kabur dari rumahnya selama 2 minggu, selama itu gadis tersebut mengaku tinggal disebuah warnet untuk memainkan game online (sumber: Media Indonesia, 2008:7).


Daftar Pustaka :
1.    Yuhana Ningtyas, S. (2012). “Hubungan antara self control dengan internet addiction pada mahasiswa”. Jurnal Psikologi Pendidikan. Vol:1 No:1 Hal:2-5. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
2.    KOC, Mustafa. 2011. "Internet Addiction and Psychopatology". TOJET. Volume 10 issue 1. Page 143-148
3.    Widiana, H.S., Retnowati, S., Hidyat, R., "Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet". Indonesian Psychologycal Journal Vol.1 No. 1. Hal 6-16

Masluchah, Luluk., Wigati, Denok., dll. (2013). "Hubungan antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial". Jurnal Penelitian Psikologi. Vol.04, No.02, 107-119.

#Pinternet : Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Internet




Dampak Positif dan Negative Penggunaan Internet


Pada saat ini internet merupakan media yang hampir digunakan oleh semua orang dari berbagai kalangan usia. Terdapat dampak positif dan negatif yang dihasilkan dari penggunaan internet. Individu melakukan eksplorasi jati diri dan eksperimen, yaitu mencoba hal-hal baru untuk memperluas pengalaman pribadi mereka dengan ikut serta menggunakan internet sebagai media untuk berkomunikasi. Individu yang pada masa ini juga sangat terfokus dengan dirinya sendiri bisa menjadi sangat terserap dengan aktivitasnya dalam menggunakan internet serta sensasi - sensasi yang dirasakan ketika sedang menggunakan internet, sehingga dapat memunculkan dorongan atau ketertarikan yang kuat untuk tetap menggunakan internet, bahkan sampai berlebihan. 

Menurut Herring (1996) dampak positif dari internet digolongkan menjadi empat kategori, yaitu :
1. Sebagai media komunikasi. Sudah pasti internet memberikan kemudahan dalam hal komunikasi, hal itu dikarenakan internet mencakup seluruh dunia dan tidak ada batas ruang dan waktu.
2. Sebagai media pertukaran data.
3. Sebagai media mencari informasi atau data. Internet sangat membantu individu untuk mencari informasi yang diinginkan dengan memasukan keyword mengenai informasi apa yang akan dicari.
4. Untuk manfaat komunitas.

Selain kelebihan yang telah diuraikan sebelumnya, internet juga mempunyai dampak negatif seperti berikut ini:
1. Tentang kontek porno yang semakin merajalela dan semakin merajalela dan semakin mudah untuk diakses oleh anak atau remaja.
2. Semakin banyak game online yang dapat menyebabkan kecanduan sehingga dapat mengganggu belajar.
3. Adanya kasus anak hilang dan pemerkosaan karena berawal dari media sosial seperti facebook, twitter, dll.
4. Adanya kasus pencemaran nama baik karena tidak berhati-hati dalam memberikan komentar serta kritik di media sosial.
5. Beredarnya para hacker yang merugikan banyak orang.
6. Penipuan via internet, terutama dalam hal belanja online.
7. Boros.

Sebenarnya, seiring perkembangan zaman yang semakin canggih, internet haruslah digunakan secara bijak dalam hal positif, bukan dalam hal negative yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.


Daftar Pustaka Jurnal :

Ade Putri, N (2013). “Subjective Well Being Mahasiswa Yang Menggunakan Internet Secara  Berlebihan” . Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol : 2 No : 1 . 2-5.

Jumi (2008). “Pengaruh Media Informasi terhadap Masyarakat dalam Kaitannya dengan Perkembangan Teknologi Komunikasi”. Jurnal Pengembangan Humaniora . Vol:8 No:2. 61-63.

Winoto, Heru (2013). “Dampak Penyalahgunaan Teknologi Komunikasi Ponsel dan Gadget pada Anak dan Remaja”. Jurnal Ilmiah Teknologi.